PERPISAHAN DI SEKOLAH WAJIB DILAKSANAKAN.

Penulis : Tetep Bimbing Gunadi
Kenangan di sekolah adalah momen-momen berharga yang tak terlupakan, mencakup pengalaman belajar, persahabatan, dan aktivitas yang membentuk diri. Ini bisa berupa kenangan tentang guru favorit, teman dekat, atau acara sekolah yang seru.
Ada kenangan guru favorit ia guru yang sabar, penuh semangat, dan mampu menjelaskan pelajaran dengan mudah seringkali menjadi kenangan yang hangat.
Ada banyak kenangan teman-teman sekelas yang menjadi sahabat sejati, saling mendukung, dan berbagi suka-duka selama di sekolah adalah kenangan tak ternilai harganya.
Ada kegiatan Pramuka, OSIS, klub olahraga, atau kegiatan lainnya yang memicu potensi dan bakat, meninggalkan kenangan yang menyenangkan.
Aktif di peringatan hari besar, pentas seni, atau kegiatan seru lainnya yang melibatkan seluruh siswa dan guru, menjadi momen yang berkesan.
Dan di ujung tahun di kelas 6 untuk SD, di kelas 9 untuk SLTP dan di kelas 12 untuk SLTA, momen itu takan ditemukan lagi padahal dibangunnya cukup lama selama 6 tahun di SD dan salama 3 tahun di SLTP dan di SLTA kini momen itu akan berakhir.
Kini dengan mereka akan berpisah baik dengan semua kenangan itu maupun dengan orangnya, rasanya kurang afdol dan tidak pantas bila mengakhiri semua itu hanya cukup berbagi surat tanda tamat belajar.
Lalu bubar begitu saja tidak ada serimonial acara untuk menciptakan momen perpisahan yang berkesan.
Bagi para pendidik yang mencitai anak didiknya harus mengkondisikan bagaimana ada acara perpisahan itu terselenggara walau ditengah aturan pemerintah yang harus begini harus begitu mengatur bagaimana semestinya perpisahan sekolah menurut aturan pemerintah.
Tetapi kita sebagai pendidik harus jauh lebih bijak mencari jalan tengahnya supaya anak didik kita tetap merasa terayomi, bagaimana caranya supaya kita tidak mematahkan kemauan dan semangat para anak didik.
Untuk tetap dapat merayakan perpisahan, tetapi tetap tidak menabrak aturan pemerintah.
Jadi menurut saya merayakan perpisahan itu boleh boleh saja asal dengan ketentuan-ketentuan yang ada, artinya boleh tapi tidak berbenturan dengan peraturan.
Selama ini ada kekhawatiran pemerintah bila perpisahan itu terjadi, kekhawatiran itu diantaranya : pihak sekolah akan membebankan siswa dengan kegiatan perpisahan, termasuk pungutan biaya perpisahan.
Artinya membebankan biaya pada siswa dan orang tua yang terlalu mahal dan bersifat wajib, serta kegiatan tersebut harus diselenggarakan sederhana di lingkungan sekolah dengan memanfaatkan fasilitas yang ada.
Kegiatan perpisahan yang meriah dan melibatkan biaya besar dapat membebani orang tua siswa, Khawatir kegiatan perpisahan yang terlalu besar dapat mengalihkan fokus dari kegiatan belajar mengajar yang sebenarnya.
Larangan perpisahan disekolah juga mencegah maladministrasi, Sekali lagi merayakan kegiatan perpisahan sekolah mengapa tidak?
Selama mengadakan kegiatan dengan cara sederhana dan diadakan di lingkungan sekolah dengan memanfaatkan fasilitas yang ada.
Disamping itu larangan pungutan biaya perpisahan bertujuan untuk mencegah pihak sekolah atau komite sekolah melakukan pungutan yang tidak sah.
Jadi ditengah bergulirnya Peraturan pemerintah Perlu kita sikapi dengan bijak adanya wisudaan atau perpisahan itu merupakan efek dari perkembangan kemajuan zaman.
Sementara disisi lain harus kita sadari bahwa perkembangan zaman itu tak pernah berjalan mundur, bila sekarang di manapun bahkan di sekolah banyak perubahan itulah suatu kemajuan dengan segala kelebihan dan kekurangannya.
Kita berpikirlah positif menghadapi perubahan itu, zaman dulu dengan zaman sekarang berbeda itu adalah suatu keniscayaan karena perkembangan zaman pasti jadi berubah segalanya.
Para pemimpin yang melarang ini dan melarang itu kebanyakan terlahir di zaman dahulu disaat zaman belum berkembang seperti sekarang ini, dan yang mereka katakan bahkan mereka terapkan menjadi peraturan, saya menyakini tujuan pemerintah baik, tetapi harusnya lebih bijak.
Di zaman dahulu mungkin tidak ada perpisahan , tapi saya masih ingat di zaman dahulu juga ada yang namanya “Samenan” yaitu tradisi perayaan kenaikan kelas atau kelulusan siswa di sekolah, terutama dikalangan masyarakat jawa barat acara ini berisi perayaan , pementasan seni dan perpisahan atara siswa, guru dan orang tua.
Zaman dahulu mungkin banyak siswa berangkat ke sekolah berjalan kaki. Serta banyak kegiatan lainnya yang berbeda dengan zaman sekarang.
Menurut saya biarlah kita mengikuti Perubahan-perubahan itu bergulir karena semua itu terjadi berubah tentunya dengan pendukung-pendukungnya misalnya mengapa harga semangkuk baso itu dulu harganya Seribu rupiah.
Tapi kini semangkuk paling murah sepuluh ribu rupiah ya karena seorang karyawan dahulu mungkin banyak menerima gaji di bawah satu juta perbulan dan kini gaji seorang karyawan banyak yang menerima empat juta bahkan lebih perbulan.
Lalu mengapa anak-anak sekolah sekarang tidak mau jalan kaki kesekolah, ya karena saat sekarang dijalan –jalan begitu banyak berkeliaran kendaraan baik sepeda motor maupun mobil yang menyediakan jasa angkutan.
Untuk umum, bahkan yang memiliki sepeda motor dalam satu rumahpun bisa dua unit bahkan lebih . Jadi sudah tidak cocok lagi anak-anak untuk secara rutin mereka kesekolah berjalan kaki, kecuali untuk sesekali dalam hal tertentu.
Sahabat Rosulullah pernah menyampaikan : “Jangan paksa anakmu untuk menjadi seperti dirimu, karena mereka tidak terlahir di zamanmu.” (Ali bin Abi Thalib)
Ada lagi kata-kata bijak dari seorang filsuf dari Yunani mengatakan : “Jangan paksakan anak-anakmu mengikuti jejakmu, mereka diciptakan untuk kehidupan di zaman mereka, bukan zamanmu.”
Dari kedua kata bijak itu jelas kita tidak harus memaksakan anak sekarang untuk hidup seperti zaman orang tua mereka kecil.
Selama mereka dalam norma-norma tidak melanggar aturan agama, aturan pemerintah dan masih sopan serta memiliki adab juga etika biarkan anak didik kita mengikuti perubahan kemajuan dari segala hal apapun. Karena hanya adab.
Etika, kesopanan yang dari zaman ke zaman harus tetap dijaga untuk dimiliki jangan sampai berubah.
Jadi bagi kita para orang tua dan para pendidik menghadapi perubahan itu mestinya biasa dalam arti hadapi dengan bijaksana dan jangan dipahami sesuatu hal buruk.
Tetapi kita harus bisa menerima itu adalah suatu kemajuan terutama dalam menyikapi bagaimana mereka belajar dengan menggunakan fasilitas yang ada pada saat ini.
Kembali kepada masalah perpisahan, bila semua aturan pemerintah tidak ditabrak apalagi para orang tua dengan suka hati setuju.
Maka silahkan melaksanakan perayaan acara perpisahan karena dalam perayaan perpisahan itupun banyak hal baiknya sebagai edukasi bagaimana anak belajar berinteraksi social.
Supaya anak anak kita tidak melewati momen yang sangat indah buat mereka. Ketahuilah momen perpisahan dengan teman-teman dan guru itu.
Sangat terasa haru dan penuh dengan kenangan, acara perpisahan adalah tanda berakhirnya satu babak dan lahir awal babak baru dan itu sayang bila tidak diadakan dan tidak rayakan.
*@tbg#.